Rabu, 28 Oktober 2015

Internet Dan Buku Adalah Perbendaharaan Dunia

Bila penulis menyebut buku, maka itu berarti dipandang dari segala aspeknya yang utuh. Ada sampul atau jilid, ada lembaran-lembaran kertas yang tersusun rapi berdasarkan urutan halaman, dan ada tulisan-tulisan serta gambar-gambar. Kemudian bila penulis menyebut internet maka tinjauannyapun menyeluruh. Di sana ada server-server, jaringan penghubung, domain, sub domain, web, website, blog, serta apapun yang menjadi bagian dari internet.

Internet dan buku adalah sesuatu yang terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Buku lahir terlebih dahulu sebelum internet dan hingga kini posisinya tetap tidak tergantikan oleh internet dalam hal-hal yang khusus atau tertentu. Dengan kata lain buku tetap eksis hingga sekarang, dan mungkin sampai kapanpun.

Selain persamaan tentu saja ada perbedaan, dan di antara perbedaan-perbedaan itu adalah yang menyangkut kapasitas serta kemampuan. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh buku maka bisa pula dilakukan oleh internet. Sebaliknya banyak hal yang bisa dilakukan oleh internet namun tidak bisa dilakukan oleh buku. Internet bisa menyajikan tulisan-tulisan berkualitas sebagaimana buku tetapi buku tidak mampu mengunduhkan software untuk anda. Itu salah-satu contoh perbedaannya.

Sekali lagi, buku memang lahir lebih dahulu dibanding internet. Secara singkat saya telah membahasnya dalam tulisan yang berjudul Sejarah Singkat Internet.

Kita tentu sangat famlier dengan ungkapan atau pepatah ini : Buku adalah gudang ilmu, sedangkan membaca adalah kuncinya. Dan tentu saja tidak salah apabila pepatah inipun berlaku pula bagi internet. Maka dapat kita buat pepatah begini : Internet adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya. Kemudian karena pada dasarnya baik internet maupun buku bukan hanya menawarkan ilmu, bahkan kedua-duanyapun mampu menawarkan kekayaan material, maka dapat penulis katakan bahwa : Internet Dan Buku Adalah Perbendaharaan Dunia.

Di dalam artikel ini penulis tidak akan banyak membahas buku. Biarlah yang satu ini menempati tempatnya yang khusus di hati manusia yang keberadaannya perlu diakui sebagai sejajar dengan internet.

Peradaban Terus Berkembang


Peradaban terus berkembang dengan segala dinamikanya. Abad daun rontal telah digantikan oleh abad buku dan internet. Jadi bila manusia di jaman sekarang menggali sejarah masa lampau melalui temuan-temuan yang berupa artefak, prasasti, ataupun manuskrip maka sangat mungkin manusia-manusia di jaman yang akan datang pencarian mereka ke masa lampau, yaitu ke abad kita sekarang ini, adalah dengan menelusuri artefak-artefak berupa cd, dvd, harddisk, cloud server, dan sejenisnya.

Pada jamannya candi-candi, prasasti-prasasti, dan sebangsanya itu tentulah disebut modern. Sungguh tidak ada beda dengan klaim kita kepada teknologi internet. Tetapi 100 tahun dari sekarang siapa manusianya yang bisa menjamin bahwa internet tidak akan jadi museum. Secara prinsip kerja bisa jadi internet akan tetap aplikatif hingga abad nanti, tetapi dari sisi teknologi sangat mungkin berkembang di luar batas khayalan yang bisa kita lakukan.


Gambar di atas adalah harddisk tertua di dunia, sebuah hasil olah teknologi yang bisa dikatakan modern pada jamannya tetapi bagaimana jika dibandingkan dengan sekarang, setelah lebih kurang 60 tahun berlalu sejak masa itu?

Untuk kapasitas sebesar 5mb saja berat harddisk tersebut mencapai 1 ton. Lalu bandingkan dengan sekarang! Dan yang tentu saja tidak boleh dilupakan adalah fakta bahwa sangat mungkin kita tidak mengenal internet sebagaimana yang dikenal pada hari ini bila teknologi-teknologi jadul itu tidak pernah ditemukan.

Pada dasarnya perkembangan peradaban dan atau jaman adalah didorong oleh perkembangan teknologi. Karena itu pengistilahan atau penyebutan pada suatu jaman seringkali merujuk kepada teknologi yang dipakai. Jaman batu, jaman perunggu, jaman digital, dsb.

Teknologi Informasi Paling Pesat Perkembangannya


Dari sisi hardware mungkin kita masih menggunakan Intel Pentium IV pada saat itu dengan Windows XP sebagai operating systemnya. Saat itu, ya saat dimana pamor Yahoo dan Friendster mulai meredup. Jadi dapatlah dikatakan bahwa perkembangan teknologi informasinya sendiri lebih pesat dibandingkan perkembangan hardware serta software.

Saat itu Pentium IV belum beralih ke generasi i, mulai dari i3 hingga i7. Windows XP-pun belum digantikan oleh Windows 7 yang sekarang malah sudah lahir Windows 10-nya, tetapi Google dan Facebook telah lahir dan pesat berkembang mengalahkan senior-seniornya.

Perkembangan itu sedemikian pesat bahkan hingga detailnya yang paling pernik. Pada teknik SEO misalnya. Teknik yang dua atau tiga bulan lalu masih valid maka sangat mungkin sekarang sudah obsolete. Meskipun untuk hal-hal mendasar seperti cara memilih niche blog dan nama domain tidak berubah.

Di Indonesia Pengguna Internet Terus Bertambah



Gambar di atas diambil dari HarianTI.com. Dari gambar atau grafik tersebut sangat terlihat betapa pesatnya pertambahan jumlah pemakai internet di Indonesia.

HarianTI.com – Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat angka pertumbuhan pengguna internet di Indonesia hingga akhir tahun 2013 sudah mencapai 71,19 juta orang.

Hasil pencatatan tersebut tertuang dalam sebuah laporan berjudul Profil Terkini Internet Industri Indonesia, yang dipublikasi di Jakarta, Jumat (17/1). Survei tersebut dilakukan pada 78 kabupaten/kota di 33 Propinsi Indonesia.

“Jumlah tersebut berarti tumbuh 13 persen dibandingkan catatan akhir 2012 yang sebanyak 63 juta orang,” kata Ketua Umum APJII Sammy.

Menurut Sammy, penetrasi internet di Indonesia saat ini adalah sekitar 28 persen dari total populasi penduduk Indonesia.

Sementara itu kawasan Indonesia Timur mencapai tingkat pertumbuhan pengguna internet tertinggi dibanding kawasan lain di Indonesia.

Teknologi, apapun bentuknya, memang selalu memiliki dampak buruk maupun dampak baik sebagai akibat dari cara manusia menggunakannya. Dengan kata lain, teknologinya sendiri sebenarnya bersifat netral, maka terserah kepada si manusia, apakah akan digunakan secara positif ataukah negatif.

Di Indonesia masa-masa euforia penggunaan internet telah lewat sejak 15 tahun yang lalu bila dihitung sejak mulai menjamurnya warnet-warnet, atau 6 tahun yang lalu sejak pertama kali Facebook populer di Indonesia. Demikianlah, kehadiran Facebook yang mengalami masa-masa euforia pada akhirnya berdampak pula terhadap masa euforia internet periode ke-2 di Indonesia. Seiring dengan berakhirnya masa Euforia Facebook maka berakhir pula masa euforia internet. Yang tinggal kini adalah masa pertumbuhan.

Masing-Masing Akan Enjoy Dan Bangga Pada Jamannya


Ketika Brorobudur diresmikan penggunaannya pada jaman dulu, bisa jadi sebagian besar masyarakat di sana merasa bangga dan enjoy. Mereka bangga karena memiliki sesuatu yang hebat, sebuah kebanggaan yang tidak lekang oleh berlalunya waktu dan masih terasa gaungnya hingga sekarang.

Selanjutnya kita sebut saja jaman itu sebagai jaman candi untuk menjelaskan bahwa Borobudur hanya salah-satu candi saja di antara banyak candi lainnya yang memiliki masa panjang.

Bila manusia di jaman dahulu memiliki Borobudur, maka manusia sekarang memiliki Borobudur dan internet sekaligus. Borobudur kita peroleh sebagai warisan jaman sementara internet kita peroleh karena kerja keras plus cerdas dari mereka yang hidup di abad ini.

Apa yang menjadi keuntungan relatif dari next generation adalah kadar kedekatannya terhadap suatu mahakarya. Ah kalimat saya ini nampaknya cukup membingungkan. Jadi mari kita perjelas saja.

Next generation seperti kita paham akan maknanya adalah generasi berikut setelah sebuah generasi berakhir. Jadi generasi kita sekarang ini adalah next generation bagi mereka yang hidup di jaman Borobudur. Lalu apakah keuntungan relatifnya bagi kita? Begini :

Bisa jadi ada satu atau dua orang dari mereka yang hidup di jaman Borobudur telah mampu memperkirakan apa yang akan terjadi beberapa abad setelah mereka. Mereka sekedar memperkirakan, bukan memastikan. Hal ini perlu saya tegaskan agar tidak terjadi pengkultusan pada leluhur.

Mereka hanya mampu sekedar memperkirakan, juga tidak dengan pengistilahan yang akurat. Misalnya saja mereka memperkirakan bahwa di masa yang akan datang, manusia akan bisa mengetahui kabar dunia, hanya dengan cara duduk sambil melihat suatu benda. Sekedar memperkirakan seperti itu tanpa kemampuan menyebutkan bahwa benda tersebut bernama personal computer berinternet.

Begitulah, dan salah-satu contohnya adalah tentang Jangka Jayabaya. Ia hidup pada jaman candi.

Generasi kita diuntungkan secara relatif karena mampu menyebutkan nama-nama objeknya secara jelas akibat dari adanya informasi yang jelas pula tentang masa lalu. Informasi itu didapat dari artefak, prasasti, dan sebagainya. Jadi, bila para leluhur sebatas mampu memperkirakan tentang masa depan, maka generasi kita mampu sedikit memastikan tentang masa lalu. Bila para leluhur tidak mampu menyebutkan akan adanya istilah internet maka generasi kita mampu menyebutkan bahwa pernah dan masih ada nama Borobudur.

Insting Manusia


Terkait dengan dikotomi masalalu dan masakini, secara umum manusia mengalami dua macam insting yang setimbang bila dalam kondisi normal. Insting tersebut berkenaan dengan fungsi historis serta fungsi praktis. Ketika kita terkagum-kagum pada peninggalan-peninggalan manusia yang hidup ribuan tahun di masalalu, maka sesungguhnya insting kita sedang bekerja pada fungsi historis. Meskipun peninggalan-peninggalan tersebut tidak lagi memiliki fungsi praktis, maka tetap saja kekaguman tersebut tidak akan hilang.

Berkenaan dengan fungsi historis ini, sudah selayaknya kita memaklumi bila ada manusia-manusia yang sedemikian terpukul ketika mengetahui banyak situs-situs bersejarah yang dihancurkan demi memenuhi kebutuhan akan cara hidup kekinian.

Fungsi kedua adalah fungsi praktis sebagaimana yang telah kita sebut tadi. Insting manusia terhadap fungsi praktis ini didorong oleh kebutuhan yang sesuai dengan jaman. Seseorang yang sedemikian terkagum-kagum pada mesin ketik kuno misalnya, ia akan tetap menggunakan komputer untuk mengetik. Atau sekagum apapun seseorang pada pena, maka ia akan tetap mengambil ballpoint untuk menulis.

Insting historis akan melahirkan apresiasi terhadap karya-karya manusia masa lampau. Apresiasi itu bisa saja berupa kesadaran bahwa apabila tidak ada barang-barang kuno tersebut maka sangat mungkin barang-barang modernpun tidak pernah ditemukan.

Insting praktis tentu saja memiliki dampak yang berbeda. Selain sama-sama berpotensi mengundang atau mendorong seseorang untuk kagum pada suatu produk, maka insting praktis akan menimbulkan kesadaran pada manusia akan makna kekinian.

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Internet Dan Buku Adalah Perbendaharaan Dunia, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.