Sabtu, 17 Oktober 2015

Sandiwara Radio Sempat Booming di Indonesia


Sandiwara Radio Sempat Booming di Indonesia - Indonesia pernah terkena booming Sandiwara Radio dalam kurun waktu yang tidak sebentar, yaitu lebih dari sepulug tahun. Dan di antara yang paling sukses adalah Tutur Tinular serta Mahkota Mayangkara. Semestinya dua kisah itu masih disambung oleh kisah berikutnya yaitu Ksatria Kekasih Dewa, tapi nampaknya faktor sponsor yang tidak mendukung. 

Masa-masa keemasan Sandiwara Radio dianggap telah lewat sehingga para calon sponsor berpikir dua kali untuk berinvestasi di sana. Tentang hal ini dapat dimaklumi karena unsur idealisme, hiburan, dan bisnis seringkali berada dalam satu paket yang tidak terpisahkan. Dengan demikian bila ada salah-satu unsur saja yang absen, maka berhentilah semuanya.

Kesuksesan Tutur Tinular dan Mahkota Mayangkara bukan hanya terjadi karena faktor popularitas para pemainnya yang berperan sebagai pengisi suara, melainkan juga karena kejelian mengambil latar belakang ceritera. Tutur Tinular mengambil latar belakang runtuhnya Singhasari dan berdirinya Majapahit, sedangkan Mahkota Mayangkara sebagai kisah lanjutannya mengambil latar belakang saat Jayanegara memerintah Majapahit sebagai raja yang kedua meneruskan Sanggrama Wijaya.

Dalam kisah Tutur Tinular, super hero utamanya adalah Arya Kamandanu. Bermodalkan jurus Naga Puspa, kekuatan naga Puspa Kresna, pedang Naga Puspa, dan aji Saepi Angin maka tidak ada seorangpun yang mampu mengalahkannya. Kemudian dalam Mahkota Mayangkara peran Arya Kamandanu ditiadakan dan diganti oleh Gajah Mada. Arya Kamandanu hanya muncul sesekali saja yaitu saat bentrok dengan Dewi Upas dan juga bentrok dengan Ra Kuti. Kedua bentrokan tersebut dimenangkan oleh Kamandanu.

Mahkota Mayangkara sangat jelas mengedepankan Gajah Mada sebagai pahlawan utama. Bermodalkan aji kebal Blabak Pengantolan tingkat sempurna dan aji Wayangka Kresna, maka tokoh maha sakti seperti Wong Agungpun tewas olehnya hanya dengan dua gebrakan. Lalu berikutnya Gajah Mada berhasil membunuh Ra Kuti. Di sini peran Gajah Mada sebagai penakluk Wong Agung dan penakluk Ra Kuti memang dibantu oleh Layang Samba. Namun kehadiran Layang Samba di sini nampaknya sebagai persiapan untuk kisah lanjutan yang berjudul Ksatria Kekasih Dewa tadi.


Hingga hari inipun penulis tidak mengetahui seperti apa gambaran kisah Ksatria Kekasih Dewa itu nantinya. Hanya saja nampaknya tidak akan jauh dari perseteruan antara Layang Samba dengan Jambunada, anak semata wayang Arya Kamandanu. Dan ini mengambil latar belakang sejarah kiprah Gajah Mada hingga keluarnya Sumpah Amukti Palapa.

Trilogi Tutur Tinular – Mahkota Mayangkara – Ksatria Kekasih Dewa memang telah terputus, namun masih mungkin untuk disambung kembali. Salah-satu caranya adalah dengan mengarang ceritera sendiri. Tentu tidak asal mengarang, melainkan tetap mempertahankan ciri khas sebagaimana yang diusung oleh Tutur Tinular serta Mahkota Mayangkara.

Jujur, sebenarnya sudah lama saya ingin menyambung trilogi yang terputus ini dengan cara mengarang sendiri ceriteranya dengan tetap mengedepankan nama-nama tokoh rekaan seperti Arya Kamandanu, Jambunada, Layang Samba, Arya Dwipangga, Ayu Wandira, Lata Manjari, dsb. Sangat ingin, namun ada kekhawatiran mendapat klaim melanggar hak cipta. Akhirnya keinginan tersebut saya pendam dalam-dalam sampai karatan.

Anda pernah menonton sinetron Gajah Mada yang ditayangkan olen MNCTV, dimana tokoh Mada-nya belum sempat dewasa tapi tayangannya terhenti? Ya, saya nilai sinetron ini cukup gagal meskipun tidak gagal total. Cara penyajiannya, penggambaran karakter tokoh-tokohnya, serta alur ceritanya memang tidak mampu menandingi Tutur Tinular serta Mahkota Mayangkara yang sudah kadung menjadi barometer. Maka atas dasar ini pulalah saya tidak berani jika harus meniru MNCTV yang sama-sekali meninggalkan apa yang telah ada pada pada TT dan MM tadi.

Tutur Tinular dan Mahkota Mayangkara memang sukses besar, tidak hanya pada versi Sandiwara Radio tapi juga pada versi layar lebar dan sinetronnya. Masing-masing memiliki alur ceritera yang tidak sama, tapi tetap memiliki ciri dasar yang sama.

Ah, saya masih geregetan sebenarnya. Ingin menyambung trilogi yang terputus itu.

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Sandiwara Radio Sempat Booming di Indonesia, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.