Jumat, 08 Januari 2016

Rano Karno Sang Mantan Kolumnis


Sering saya salah memahami tulisan orang lain karena sang penulis salah memilih kata-kata dan atau istilah-istilah. Misalnya saja cukup sering terjadi mereka menguraikan tentang "kekuasaan suatu bangsa" padahal maksudnya adalah "eksistensi suatu bangsa".

Kekuasaan dan eksistensi memiliki makna yang jauh berbeda. Demikian pula dengan istilah "kemerdekaan" dan "kedaulatan", masing-masing punya makna sendiri.

Keakuratan dalam memaknai yang tersirat memang harus diawali oleh keakuratan dalam menampilkan apa yang tersurat. Oleh karena itu banyak orang yang bisa menulis tapi sedikit saja yang mampu jadi penulis. Dan di antara mantan penulis yang kugemari adalah Rano Karno.

Kini Bang Doel Anak Sekolahan mungkin tidak sempat lagi menulis. Malah ia yang sering dijadikan bahan tulisan.

Sebenarnya sejak dulupun Rano Karno sering dijadikan bahan tulisan, terutama dalam bentuk berita. Hal itu tidak terlepas dari eksistensinya sebagai seorang pesohor.

Saya mengenal tulisan-tulisan Rano Karno dari tabloid Bola, terutama jika ada perhelatan Piala Dunia. Begitulah, Bang Doel ini termasuk yang mumpuni saat menjadi kolumnis. Tulisan-tulisannya objektif, hampir tidak tersirat hal-hal yang menonjolkan selera pribadinya.

Tulisan-tulisan Rano Karno itu bersahaja karena dibangun oleh kalimat-kalimat yang sederhana. Bila tidak benar-benar perlu, salah-satunya karena kesulitan mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia, maka ia tidak pernah menggunakan istilah-istilah asing.

Nampaknya ada corak yang sengaja ia buat saat jadi kolumnis di tabloid Bola. Corak tersebut adalah tuturan kebetawi-betawian. Mungkin hal itu dikemas sehubungan dengan pernah booming-nya sinetron yang ia bintangi, yaitu si Doel Anak Sekolahan.

Maka demikianlah, baik disengaja ataupun tidak, cukup banyak pembicara ataupun penulis yang gagal menyampaikan suatu topik atau tema. Dan salah-satu penyebab kegagalan itu adalah karena terlalu banyak menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami oleh orang kebanyakan. Meskipun istilah yang digunakan tersebut sebenarnya standar atau populer.

Itu dari sisi penulis, sedangkan dari sisi pembaca bukan tidak ada masalah. Dan masalah yang umum dihadapi oleh pembaca, dalam hal sulit memahami suatu tulisan, karena yang bersangkutan enggan menelisik arti mengungkap makna. Misalnya dengan cara paling sederhana, yaitu mencarinya di kamus.

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Rano Karno Sang Mantan Kolumnis, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.