Sabtu, 19 Maret 2016

Akulturasi Kebudayaan Bisa Berlangsung Kapanpun dan Dimanapun


Lukisan Mesir Kuno, ada kemiripan tidak sih dengan coretan pada Wayang Beber dan Wayang Kulit, fokus pada mata dan hidung? Untuk hidung tentu saja pada wayang kulit lebih dimancungkan.

Bila secara kronologis Wayang Kulit terinspirasi oleh lukisan Mesir Kono, dan Wayang Golek terinspirasi oleh Wayang Kulit, maka jangan pernah berbicara soal keaslian suatu kebudayaan.

Sejak jaman baheula, sudah lazim di antara kelompok manusia terjadi saling menginspirasi. bahkan lazim pula terjadi arus pengaruh bolak-balik.

Kerajaan-kerajaan Sunda berdiri jauh lebih awal dibanding kerajaan-kerajaan Jawa. Pada masa itu Sunda menginspirasi Jawa sehingga di Jawapun berdiri pula kerajaan-kerajaan.

Kuatnya pengaruh Sunda sangat nampak pada penamaan kepulauan Sunda Besar dan Sunda Kecil. Atau yang biasa disederhanakan dengan istilah Paparan Sunda.

Bila berbicara soal Paparan Sunda, maka tlatah Jawa adalah bagian dari Paparan Sunda. Jadi kehadiran tlatah Jawa di Paparan Sunda bisa diidentikkan dengan kehadiran DKI Jaya di Tatar Sunda. Bagian atau wilayah kecil yang memiliki derajat sepadan.

Nama Paparan Sunda yang sangat luas itu masih digunakan pada ilmu Geografi. Adapun istilah Tatar Sunda merujuk pada seluruh wilayah bekas kekuasaan Pajajaran.

Pada periode sesudahnya, terjadi hal yang lazim bahwa murid lebih maju dan inovatif dibanding gurunya, maka arus berbalik. Jawalah yang menginspirasi Sunda. Termasuk dalam hal kelahiran apa yang disebut Undak-Usuk Basa.

Dalam seni wayang, Jawa menginspirasi Sunda. Artefak Wayang Beber sebagai cikal-bakal wayang versi lanjutan konon hanya ditemukan di tlatah Jawa hingga saat ini.

Kembali kelaziman terjadi, murid bisa lebih inovatif dibanding guru. Jangan berharap pada pertunjukan wayang kulit ada adegan muntah mie dan muntah darah karena itu adalah milik wayang golek, sang murid.


Jadi, kebudayaan asli mana sih yang kalian perebutkan itu, seolah-olah manusia di jaman dulu tidak saling mempengaruhi. Yang karenanya proses akulturasi kebudayaan bisa terjadi kapanpun dan dimanapun.

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Akulturasi Kebudayaan Bisa Berlangsung Kapanpun dan Dimanapun, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.