Minggu, 24 April 2016

Sombong, Kesombongan, dan Beberapa Sinyalemennya


Tidak semua, tapi cukup banyak kutemui, bahkan tadi siang. Kutemukan seseorang yang congkak bertamengkan kekurangan dirinya. Ia berkata,

"Akang tahu sendiri kan, saya ini hanya tamatan SMP. Tapi mampu lebih berprestasi dibanding mereka yang berpendidikan formal lebih tinggi. Saya juga mampu berbuat untuk orang banyak!"

Dengan berseloroh saya berkata, "Terima kasih karena pernyataan bapak telah membuat rambut saya tumbuh lebih panjang. Tapi saya sedih, karena setiap helai rambut saya adalah kesombongan."

* Sejurus kemudian ia bungkam, dan mengusap-usap kepalanya yang sudah hampir tidak berambut.

Dalam bentuk yang lain kadang kutemukan yang seperti ini pernyataannya :

"Saya bingung dengan orang-orang kaya, apa saja sih yang telah mereka perbuat untuk bangsa ini. Padahal saya yang serba kekurangan saja, saya yang miskin saja, masih mau berbuat demi kemajuan bangsa!"

* Sikap sombong bukan hanya porsi bagi sebagian mereka yang kaya-raya dan berpendidikan tinggi. Sikap sombong memang bisa menimpa siapa saja, termasuk padaku. Termasuk kepada mereka yang pendidikan formalnya rendah. Termasuk juga pada mereka yang miskin dari sisi harta.

Ajakan agar tidak sombong akan berbuah memohon ampun kepada Allah. Hal ini berlaku bagi siapapun yang memang ingin berendah hati. Berlaku bagi siapapun yang mengakui bahwa kesombongan adalah sangat tercela.

Nabi Muhammad saja, yang jelas-jelas dijamin masuk syurga, yang jelas-jelas beliau tidak sombong, tidak kurang dari 100X sehari beristighfar.

Sebaliknya, bagi manusia yang di dalam hatinya terlanjur tebal dibalut kesombongan, maka mereka akan mencari berjuta pembenaran untuk meneruskan kesombongannya tersebut.

Bagi manusia sombong, ajakan baik dari sesama akan dirasakan sebagai tudingan menyakitkan. Yang karenanya ia tidak mengambil langkah mudah memohon ampun pada Allah, melainkan berusaha keras membuat tangkisan.

Di dalam hati manusia sombong senantiasa ada perasaan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain. Yang karenanya ia bebal terhadap koreksi.

Bagi manusia sombong, sikap rendah hati orang lain adalah kelemahan. Adapun sikap sombong orang lain adalah saingan. Jadi serba salah.

Manusia sombong tidak akan mampu membedakan antara keteladanan dan riya. Tidak akan mampu membedakan antara pameran dengan pamer.

Kesombongan adalah salah-satu ciri makhluk kurang berpendidikan. Bukti paling legendaris adalah Iblis. Ia kalah wawasan dari Adam As, tapi sang Iblis tetap merasa lebih kuat dan senior. Maka timbullah kesombongannya.

Salah-satu produk dari kesombongan adalah hal-hal yang berbau hasutan, propaganda, kekecewaan, serta eksklusifitas. Sedangkan produk dari kerendahan hati adalah ajakan berbuat baik serta keteladanan.

Baik makhluk sombong maupun makhluk rendah hati akan sama-sama mampu berprestasi. Sama-sama berpeluang untuk bermanfaat bagi orang banyak. Yang membedakan adalah caranya.

Manusia biasa, termasuk aku, sangat mungkin ganti-berganti sikap. Pagi rendah hati sore sombong diri. Aku berlindung dan memohon ampun kepada Allah dari tabiát sombong.

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Sombong, Kesombongan, dan Beberapa Sinyalemennya, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.