Minggu, 15 Mei 2016

Kejayaan Sinetron Kolosal Indonesia Dalam Kenangan

   
Kontakmedia akan mengulas sesuatu yang pernah menjadi trend di Indonesia.

Tahun 1980-an terjadi booming sandiwara radio. Sebut saja beberapa judul seperti Saur Sepuh, Babad Tanah Leluhur, Misteri Dari Gunung Merapi, Kaca Benggala, Tutur Tinular, Mahkota Mayangkara, dan banyak lainnya.

Booming sandiwara radio ini nampaknya merupakan peralihan tren dari booming Komik Indonesia tahun 1970-an. Dan demikianlah, perjalanan sang waktu telah membawa sandiwara radio membumbung tinggi hingga ke puncak dan selanjutnya tenggelam perlahan. Lalu muncullah tren baru yaitu sinetron kolosal Indonesia pada tahun 1990-an.

Antara booming komik Indonesia, booming sandiwara radio, dan booming sinetron Indonesia ada benang merah yang nampak. Berkaitan dengan ini, saya akan mengedepankan benang merah antara kesuksesan sandiwara radio dengan kesuksesan sinetron kolosal Indonesia.

Gandrung itu Dari Telinga Turun ke Hati

Saur sepuh sebuah sandiwara radio yang berlatar belakang Majapahit dan Kerajaan Madangkara dengan Rajanya Brama Kumbara. Serial ini mampu menghipnotis jutaan pendengarnya di seluruh pelosok nusantara. Hampir di tiap-tiap jam tertentu masyarakat dengan seksama mendengarkan serial ini. Maklum waktu itu radio adalah satu-satunya media hiburan rakyat yang masih langka. Sehingga untuk mendengarkannyapun bisa secara beramai-ramai kerumah tetangga yang memiliki radio.

Serial sandiwara Saur Sepuh di gawangi oleh Niki Kosasih sebagi pencetus ide dan cerita. PT. Kalbe Farma sebagai produsen obat-obatan ternama menjadi mitra utama dari serial ini. Dengan durasi 30 menit dipotong iklan obat-obatan serial ini mampu menghipnotis para pendengarnya untuk sekedar berhenti beraktivitas.

Saur Sepuh hanyalah satu contoh saja di antara banyak contoh sukses sandiwara radio. Dan ini tidak terlepas dari peran sentral para pengisi suara. Kegandrungan pemirsa pada suara-suara mereka dapatlah dikatakan Gandrung Itu Dari Telinga Turun ke Hati.

Kejelian Para Produsen Sinetron

Menyadari ada fenomena Gandrung itu Dari Telinga Turun ke Hati, para produsen sinetron memanfaatkan benar eksistensi para pengisi suara. Tidak cukup dengan mengandalkan cerita yang menarik dan akting prima para aktor serta aktris, peran para dubber itupun dimaksimalkan. Dan hasilnya adalah sebuah booming.

Tidak bisa dipastikan namun mungkin saja terjadi, penghilangan peran para dubber pada sinetron kolosal Indonesia tahun 2000-an, telah menyebabkan sinetron-sinetron tersebut tidak bisa booming. Tentang hal ini anda bisa membaca artikel saya yang berjudul Ulasan Sinetron Pedang naga Puspa.

Kini kejayaan sinetron kolosal Indonesia tinggal kenangan.

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Kejayaan Sinetron Kolosal Indonesia Dalam Kenangan, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.