Selasa, 30 Agustus 2016

Pancalogi : Agama - Akal - Budaya - Kebudayaan – Peradaban

Pancalogi : Agama - Akal - Budaya - Kebudayaan – Peradaban

Umumnya sebuah pohon tumbuh bermedia tanah. Sebuah pohon memiliki akar, batang, dahan, ranting, daun, dan banyak yang memiliki buah serta buahnya tersebut bisa dimakan atau dimanfaatkan. Dan pohon seperti ini dapat digunakan untuk menganalogikan eksistensi budaya serta kebudayaan.

Amat beragam definisi budaya dan kebudayaan itu dalam khasanah pikir bangsa kita. Dan dalam tulisan ini penulis akan mengambil salah-satunya saja yang singkat, padat, berisi.
Budaya adalah cipta, rasa, karsa, dan karakter yang dianut oleh suatu komunitas atau masyarakat. Adapun kebudayaan adalah semua produk yang dihasilkan dari budaya yang dianut tersebut.
Kita bisa membuat analogi sebagai berikut :
Budaya itu seumpama akar suatu pohon yang tumbuh dari dalam tanah, adapun tanah itu adalah seumpama akal. Akar ibarat cipta, rasa, dan karsa, ia tidak nampak dari luar. Adapun batang, dahan, ranting, dan daun adalah ibarat karakter, ia nampak dari luar. Kemudian buah dari pohon itu adalah ibarat kebudayaan.
Agama diilhamkan terlebih dahulu kepada manusia sebelum akal, budaya dan kebudayaan. Dengan demikian budaya dan kebudayaan yang baik adalah yang berdasarkan rambu-rambu keluhuran nilai agama. Dalam Pancalogi Agama - Akal - Budaya - Kebudayaan – Peradaban, maka kita bisa menguraikannya sebagai berikut :

  1. Agama adalah sebuah sistem yang diilhamkan oleh Tuhan kepada manusia, agar selamat di dunia dan akhirat, dengan cara memelihara hubungan baik manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam sekitar.
  2. Akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang diberikan oleh Tuhan untuk membedakan yang salah dan yang benar, yang baik dan yang buruk, yang bermanfaat dan yang mudharat. Juga untuk menganalisis sesuatu sesuai kemampuan manusia yang sangat tergantung kepada latar belakang kehidupan, luas pengalaman, dan tingkat pendidikan formal maupun informalnya. Jadi secara prinsip, akal bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai apakah sesuatu itu benar atau salah, baik atau buruk, serta bermanfaat atau mudharat.
  3. Budaya adalah cipta, rasa, karsa, dan karakter yang dianut oleh suatu komunitas atau masyarakat. Budaya lahir karena manusia diberikan akal dan memanfaatkannya. Dengan kata lain tidak akan terbentuk suatu budaya dalam kehidupan manusia bila manusia tersebut tidak mau menggunakan akalnya. Dan sebelum terbentuk budaya dari suatu komunitas masyarakat, sangat mungkin lahirnya budaya ini dari perseorangan, kemudian yang lain mengikuti.
  4. Kebudayaan adalah semua produk yang dihasilkan dari budaya yang dianut suatu komunitas atau masyarakat.
  5. Peradaban adalah hasil akhir yang baik dan menyelamatkan, serta nampak jelas dari sisi manapun memandang, dari suatu tatanan masyarakat yang sukses beragama, berakal, berbudaya, dan berkebudayaan.
Allah berfirman dalam QS. Ibrahim ayat 24-26 yang artinya : 24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. 25. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. 26. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.

Lebih Dahulu Mana Antara Ilham Agama Dengan Ilham Budaya?


Dalam berbagai diskusi tentang budaya dan kebudayaan sering terlontar pertanyaan tentang manakah yang lebih dahulu diajarkan oleh Allah kepada manusia, agamakah atau budaya? Islam sebagai agama yang hanif tentu telah memiliki jawabannya. Kita kembali kepada ayat tentang persaksian yang artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172)
Maka di alam ruh itu yang mula-mula Allah tanamkan kepada ruh manusia adalah agama. Dan titik awal pemahaman agama bagi manusia adalah mengakui keberadaan Tuhan.
Ketika Allah mengambil persaksian dari para ruh itu, Adam telah lebih dahulu dibentuk sebagaimana manusia sempurna. Adapun penyempurnaan itu terjadi langsung oleh tangan Allah, tidak melalui proses pembuahan, kehamilan, dan persalinan sebagaimana yang terjadi pada anak keturunannya kelak.

Ibnu Abbas RA mengatakan, bahwa ketika Allah SWT meniupkan ruh ke jasad Adam yang baru diciptakan mulai dari atas kepalanya, lalu ketika roh itu sudah sampai pada separuh jasadnya, hiduplah Adam.

Allah takjub sekali dengan kebagusan jasadnya. Lalu, Adam mencoba melangkah dan apa yang terjadi? Adam ternyata terjatuh karena belum dapat melangkah. Itulah sebabnya mengapa manusia selalu tidak sabar. Itu pula kebodohan manusia, sebagaimana Allah berfirman,

"Wakaana zholuuman jahuula" (Dan manusia itu selalu zhalim dan bodoh).

Setelah usai roh ditiupkan ke seluruh jasadnya, tiba-tiba Adam bersin lalu berkata: "Segala puji bagi Allah, segala ilham itu datangnya dari Allah Yang Mahatinggi."

Lalu Allah menjawab:

"Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepadamu hai Adam." (Dikutip dari Tafsir Thabari, 1/202).

Demikian itulah yang pertama kali diajarkan Allah kepada manusia pertama, mengucapkan kalimat doa ketika bersin. Oleh karena itu, ketika ada orang lain bersin, lalu ia mengucapkan "Alhamdulillah", wajib bagi kita menyambut dengan kalimat doa, "Yarhamukallooh" (Semoga engkau dirahmati Allah).

Dengan penjelasan ini, pahamlah kita bahwa doa ternyata sudah ada dan diajarkan oleh Allah sejak Adam, manusia pertama yang diciptakan.

Kemudian, tahukah Anda siapa manusia pertama yang menyesali nasibnya? Siapa pula yang merintih menangis dan mengiba kepada Tuhan dengan doa penyesalannya? Jawabannya adalah Adam AS bersama istrinya, Hawwa. Mereka pula yang pertama diturunkan dari surga ke bumi, yang pertama menyesali nasibnya karena terusir dari surga, dan yang pertama menangis dalam doanya memohon ampun serta rahmat-Nya agar kelak dikembalikan lagi ke surga. (Sumber : Buku Dahsyatnya Doa Para Nabi).

Hingga di sini kita dapat menyimpulkan bahwa yang mula-mula diilhamkan oleh Allah kepada manusia adalah agama, bukan budaya. Hal ini berlanjut saat Adam telah diturunkan ke bumi. Kepada anak-anaknya yang mula-mula ditanamkan oleh Adam adalah mengenalkannya kepada eksistensi Allah, bukan mengenalkan budaya.

Wallahu álam bishawab.

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Pancalogi : Agama - Akal - Budaya - Kebudayaan – Peradaban, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.