Sabtu, 08 Oktober 2016

Adakah Separatisme Terselubung Di Balik Sejumlah Istilah Klasik?

Mengapa Jaksa Hanya Mendakwa Jessica dengan Hukuman 20 Tahun?

Apa yang saya tulis ini mungkin hanya pantas untuk direnungkan dibanding dijadikan polemik. Setidak-tidaknya oleh mereka yang sedang menuju jatidiri sebagai saintis.

Seorang pemakai narkoba tentu akan berusaha keras menyembunyikan kelakuannya dari pandangan khalayak. Dan andaipun suatu saat tertangkap oleh aparat, jika ada peluang maka ia akan tetap berusaha mengelak.

Jika yang nyata-nyata memakai narkoba saja berusaha menutupi jatidiri, maka sungguh tidak logis jika ada yang bukan pemakai narkoba malah mengaku sebagai pemakai.

Seorang anggota kelompok separatis bawah tanah, ia akan berusaha keras menyembunyikan kiprahnya. Jika suatu saat tertangkap oleh aparat, jika ada peluang maka ia akan berusaha membangun alibi.

Jika anggota separatis bawah tanah saja berusaha keras menutupi jatidirinya, maka sungguh aneh bila ada yang bukan anggota kelompok separatis bawah tanah tapi malah mengaku sebagai anggota.

Jika ada sekelompok orang yang anti NKRI, kemudian mereka bermaksud mendirikan Pajajaran Baru, Majapahit Baru dsb dalam rangka mendusta NKRI, maka mereka akan memperjuangkannya secara diam-diam hingga cukup kekuatan.

Bila mereka yang anti NKRI saja berusaha untuk diam-diam, maka sungguh aneh bila ada yang pro NKRI tapi mengumbar istilah Pajajaran Baru, Majapahit Baru, dan sebagainya.

Boleh-boleh saja mereka yang pro NKRI itu berkilah begini : Yang saya maksud dengan Pajajaran Baru itu bukan membangun kembali kerajaan Pajajaran, tapi sekedar mewujudkan konsep kejayaannya dengan tetap berada dalam naungan NKRI.

Ya, itu sama saja dengan orang yang tidak pernah memakai narkoba terus berkata begini : Yang saya maksud dengan narkoba di sini bukan yang memabukkan itu, tapi sejenis makanan yang ketika dimakan memiliki efek membahagiakan.

Jika memang masih pro NKRI, dan tidak ada niat mendirikan Pajajaran Anyar, Majapahit New Era, dan lain-lain lalu mengapa tidak mencari istilah lain yang tidak kontroversial???

Saya beri tanda-tanya tiga buah, sebagai simbol keheranan terhadap mereka yang sedang menekuni saintis.

Aksara latin itu adalah A sampai Z. Dengan aksara-aksara itu kita bisa membuat nama atau istilah apapun yang tidak kontroversial tadi. Kuncinya hanya sedikit mau memeras otak.

Istilah "Sunda Kiwari" misalnya, atau istilah sejenis yang sama-sama tidak kontroversial, itu jauh lebih tidak aneh-aneh dibanding Pajajaran Anyar. Dan tidak sedikitpun menyiratkan semangat imajiner sebagai separatis.

Atau saya yang salah menganalisa. Jangan-jangan niatnya memang ingin mendirikan kembali kerajaan Pajajaran. Tapi bersembunyi di balik pernyataan bahwa itu sekedar cita-cita mewujudkan konsep kejayaannya saja. Dan bukan berniat mendirikan kerajaan Pajajaran yang baru.

Sejak Facebook belum ada, bahkan Google juga belum ada, gempita istilah Pajajaran Anyar ini sudah ada.

Jika nama Pajajaran dijadikan nama padepokan, itu bukan masalah. Seperti juga tidak pernah ada yang mempermasalahkan jika nama Gajah Mada dijadikan nama restoran. Tapi tentu beda antara hakikat padepokan Pajajaran dengan tiupan isme Pajajaran Anyar.

Wahai NKRI-ku, semoga engkau tetap ada sebagaimana hakikatnya yang berbentuk kesatuan.

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Adakah Separatisme Terselubung Di Balik Sejumlah Istilah Klasik?, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.