Kamis, 08 Desember 2016

Konon inilah Pemilu yang Paling Demokratis

   
Konon inilah Pemilu yang Paling Demokratis - Pemilu diselenggarakan bukan untuk menentukan benar atau salah, tapi untuk menentukan menang atau kalah, agar terpilih seorang pemimpin tertinggi pada suatu skup. Dan ini sebenarnya sah-sah saja sebagai salah satu cara memilih pemimpin.

Beralih sedikit, Saya tetap berpegang pada pendapat bahwa budaya adalah hasil akal manusia. Budaya, berasal dari kata budi daya, yang merupakan serapan dari bahasa Sankrit.

"Budi" arti umumnya adalah akal pikiran pembawa kebaikan (kemajuan, kemudahan, keselarasan, dsb), dan "daya" yang berarti kekuatan. Dengan demikian "budaya" dapat didefinisikan sebagai "hasil olah akal manusia, dalam rangka membentuk kekuatan, demi kebaikan atau kualitas kehidupan."

Dengan definisi yang demikian, maka cakupan budaya sesungguhnya sangat luas. Apapun hasil olah akal manusia adalah produk kebudayaan. Termasuk di antaranya teknologi, seni, adat tradisi, hukum buatan manusia, kaidah-kaidah politik buatan manusia, tata ekonomi buatan manusia, dan bahkan hingga... keyakinan buatan manusia.

Teknlogi adalah hasil budaya yang berbasis dominan logika, adapun seni berbasis dominan rasa. Dalam konteks ini, logika dan rasa adalah dua unsur bagian dari akal. Dengan kata lain, akal tidak hanya menyangkut logika tapi juga rasa. Lalu bagaimana dengan pemilu ?

Kita kembali, Pemilu sesungguhnya merupakan salah satu produk budaya yang telah berusia sangat tua. Tujuan asalnya tentu baik, sesuai dengan definisi budaya di atas.

Konon pemilu pertama yang tercatat di dunia justru terjadi di Nusantara. Dan itu terjadi di pulau Selebes. Ini demokrasi paling awal di muka bumi. Cara pemilunya ternyata sangat sederhana. Bahkan pemilu pertama di dunia itu merupakan pemilu paling gampang sepanjang masa. Tapi meskipun paling remeh, cara itu justru yang paling demokratis di dunia.

Seluruh rakyat dipersilahkan mencalonkan diri menjadi kepala suku. Tidak ada syarat administrasi, tidak ada tes kesehatan, tidak perlu pakai backing, tidak usah urus memo, tidak perlu takut telepon gelap dan tidak perlu mengaku keluarga cemara. Tidak perlu juga dukung partai. Tidak usah deklarasi dan menyogok rakyat dengan tameng bantuan rumah ibadah. Tidak pandang anak pejabat atau anak pengemis. Tidak perduli ada kebulatan tekad atau tidak. Tidak usah khawatir intimidasi selama kampanye. Semua terjamin bebas dan merdeka. Pokoknya, tidak akan ada saling sindir dan saling jegal. Pasti semua aman dan lancar. Pasti luber dan jurdil. Syaratnya hanya satu, semua kontestan harus bersedia diuji.

Lalu bagaimana cara mengujinya, siapa yang mengujinya ? Sebelum terlalu jauh, lebih baik anda tidak berekspektasi. Sebabnya adalah hampir di setiap kalimat yang diawali kata "konon" tersimpan gosip yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Konon inilah Pemilu yang Paling Demokratis, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.