Selasa, 25 April 2017

Menyikapi Eksistensi Google Secara Bijak

Menyikapi Eksistensi Google Secara Bijak

Menyikapi Eksistensi Google Secara Bijak - Saya sering mesem-mesem oleh tingkah mereka yang suka bertendensi miring pada Google. Seakan-akan Google itu sumber malapetaka atau keranjang sampah. Seakan-akan manusia yang mencari informasi dari Google adalah pihak yang tidak berkualitas.

- Sebelum ada Google-pun manusia inisiator dan manusia pengekor sudah ada. Ini sunatullah karena mustahil seluruh manusia jadi inisiator semuanya.

- Google dapat dianggap refleksi dari buku. Dari dulupun, sebelum ada Google, tidak semua buku berisi tulisan yang berkualitas.

- Google dapat dianggap sebagai tempat bertanya. Dari dulupun, sebelum ada Google, tidak semua jawaban bisa mencerahkan. Tidak sedikit para penjawab yang justru menyesatkan.

- Google dapat dianggap sumber informasi. Dari dulupun, sebelum ada Google, tidak semua informasi akurat. Sebagian di antara informasi itu hanya berisi propaganda dan pencitraan.

- Dari dulupun sebelum ada Google yang namanya pemelesetan, pemelintiran, propaganda, dan semacamnya telah ada.

Google itu alat netral, berguna atau tidaknya tergantung si pemakai, tidak ada bedanya dengan menggunakan buku. Yang penting jangan salah cara, misalnya dengan mengetikkan kata kunci : Berapa sisa uang di dompet Anda?
Bila pada hari ini anda merasa diri sebagai pihak cerdik-cendikia yang tidak memerlukan Google maka itu bukan masalah. Yang jadi masalah adalah ketika Anda tidak mampu memahami keterbatasan orang lain sehingga mereka memerlukan bantuan Google.
Mungkin enak juga ya memblokir pihak-pihak yang gemar nyinyir ke Google. Kan lebih baik disebut goreng adat daripada jadi korban cibiran manusia goreng adat?

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Menyikapi Eksistensi Google Secara Bijak, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.