Senin, 17 Agustus 2015

Semestinya Menulis Bukanlah Tergolong Keterampilan Khusus


Semestinya menulis bukanlah tergolong keterampilan khusus apabila dikuasai oleh mayoritas manusia. Tapi faktanya ternyata tidak demikian. Bila anda berada di antara seribu orang manusia secara alami, misalnya saja di tengah taman kota, maka hampir dapat dipastikan akan lebih mudah mencari 50-100 orang yang bisa mengendarai mobil dibandingkan mencari 5-10 orang yang bisa menulis artikel.

Dalam keseharian kita tentu pernah atau malah sering menemukan orang yang sedemikian pandai berkata-kata, ia mampu berorasi dan mempengaruhi orang lain, tapi sedemikian kesulitan ketika harus menuangkan pikiran-pikirannya secara tertulis. Karena banyaknya kasus seperti ini maka muncullah opini bahwa keterampilan menulis itu adalah bakat. Dengan demikian orang yang tidak berbakat menulis tidak akan pernah mampu melakukannya. Menurut saya pendapat ini adalah relatif, tidak bisa dibenarkan atau disalahkan 100%.

Keterampilan menulis berkaitan erat dengan kegemaran membaca. Jadi dapat dikatakan bahwa orang-orang yang gemar membaca sejak kecil akan memiliki keterampilan menulis pada saat ia memasuki usia remaja. Dan semakin terasah keterampilan tersebut seiring dengan pertambahan usia. Kemudian keterampilan berkata-kata berhubungan erat dengan kecakapan mendengarkan atau menyimak. Mereka yang tergolong pendengar yang baik umumnya mampu pula menjadi pembicara yang handal. Lalu bagaimana bila tidak gemar membaca sekaligus tidak gemar menyimak? Tentu kita telah paham apa jawabannya.

Di jalan-jalan tentu sudah sangat biasa kita melihat orang mengendarai mobil, motor, atau sekurang-kurangnya sepeda. Keterampilan mengendarai kendaraan seolah-olah bukan lagi hal yang istimewa. Persis seperti makan, minum, berpakaian, berjalan kaki, mandi, berbicara, dan sejenisnya. Lalu mengapa itu terjadi? Penyebabnya adalah karena dikondisikan. Jika demikian halnya maka semestinya keterampilan menulis juga bisa dikondisikan sejak dini, persis seperti saat seorang anak diajari bersepeda. Dengan kata lain, banyaknya ditemukan orang yang tidak terampil menulis karena tidak dikondisikan. Dan akibat dari lebih banyaknya orang yang tidak terampil penulis ini adalah munculnya stigma bahwa yang terampil menulis itu memiliki kelebihan khusus.

Di antara sedemikian banyak orang yang mampu mengendarai mobil memang ada beberapa yang di atas rata-rata sehingga mereka mampu menjadi pembalap, misalnya. Maka demikian pula dengan menulis. Di antara orang-orang yang terampil menulis ada yang berkemampuan di atas rata-rata sehingga mampu menulis puluhan buku best seller.

Kertas, buku, ballpoint, mesin ketik, komputer, daun lontar, media sosial, blog, website, dan sebangsanya hanyalah alat atau sarana para penulis untuk menunagkan karya-karyanya. Dorongan yang kuat dari dalam diri akan memicu serta memacu mereka untuk memanfaatkan sarana apapun yang ada untuk menulis. Dan ini tentu saja alami sifatnya.

Menulis adalah keterampilan yang bisa dipelajari, itu inti dari tulisan ini. Dan bila banyak orang yang ramai-ramai mempelajarinya, maka semuanya akan bisa meskipun antara satu dengan yang lainnya tidak sama dalam level keterampilannya. Ini bukan semacam dorongan atau motivasi, tapi keniscayaan. Kembali kepada pembahasan tadi bahwa yang penting adalah adanya upaya-upaya untuk mengkondisikan.

Para pembaca yang budiman, judul di atas mungkin terkesan ngenye atau menyepelekan, iya kan? Hehehe. Tidak, tentu saja penulis tidak bermaksud menyepelekan. Toh bila penulis menyepelekan sama artinya dengan menampar muka sendiri juga. Judul tersebut pada dasarnya hanya ingin mengutarakan bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia bisa digiring ke arah gemar menulis. Dan bila giringan tersebut berhasil, maka keterampilan menulis akan menjadi ciri khas bangsa kita. Dan bila sudah menjadi ciri khas maka bagi kita sendiri akan terasa biasa-biasa saja.

Pada dasarnya sebuah keterampilan yang kita miliki tentu ada guna atau manfaatnya, termasuk keterampilan menulis.  Entah itu dianggap keterampilan umum ataupun keterampilan khusus.

Sekarang adalah era digital, dan saya merasa beruntung berada di antara anda para penulis website dan penulis blog. Keberagaman cara anda semua menulis benar-benar saya nikmati. Bila dulu saya bergelut dengan aneka kaidah berbahasa seperti EYD, Aturan Pembentukan Istilah, Kamus bahasa, dan sejenisnya maka sekarang bertambah. Untuk urusan menulis di blog ada ilmunya tersendiri yang bahasannya mencakup SEO.

Memang, semestinya menulis bukanlah tergolong keterampilan khusus. Dan mungkin anda bisa mencoba salah-satu kiat yang saya bahas pada artikel yang berjudul Artikel Tumbuh.


Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Semestinya Menulis Bukanlah Tergolong Keterampilan Khusus, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.