Senin, 07 Desember 2015

Mengenang Yang Pernah Berjaya Sebelum Facebook

   
Nampaknya kehadiran Facebook di jagat internet mampu melebur dua segmen pengguna menjadi satu atau menyatu. Segmen pertama adalah mereka yang sebelumnya sudah terbiasa bermain-main di jejaring sosial. Kemudian segmen kedua adalah mereka yang baru saja mengenal jejaring sosial atau media sosial ini. Dan uniknya pada segmen pemula ini bukan hanya dihuni oleh kaum muda.

Karena keterampilan menggunakan fitur-fitur pada jejaring sosial seperti Facebook tidaklah memerlukan keahlian khusus, maka dalam tempo singkat sudah sulit membedakan mana yang oldbie dan mana yang newbie.

Di antara mereka yang telah terbiasa dengan jejaring sosial tentu mengenal nama Friendster. Nama ini pernah sedemikian akrab di telinga para netizen.

Rimba maya bisa jadi sekejam rimba belantara yang sebenarnya, atau lebih kejam lagi malah. Bila di rimba yang sesungguhnya terjadi peristiwa makan-memakan, maka di rimba maya terjadi peristiwa tenggelam-menenggelamkan. Hal ini terjadi pada Friendster. Bisa dikatakan bahwa mula- mula orang Indonesia mulai mengenal jejaring sosial adalah melalui Friendster. Dulu istilah 'testi' alias 'testimonial' dari Friendster begitu melekat di kepala penguna internet.

Penggunanya mulai dari usia sekolah hingga dewasa. Cukup lama Friendster juga berjaya, sekitar enam tahun, hingga akhirnya tenggelam karena hadirnya Facebook, Twitter dan beberapa jejaring sosial lainnya.

Hanya saja keadaannya kini berbeda. Banyak yang dulu pengguna aktif namun memutuskan untuk menutup akun Friendsternya, setelah banyak aktif di Facebook.

Tidak hanya ditinggalkan, Friendster yang dulu "berjasa" memanjakan para sosmeder (istilah saya sendiri untuk menyebut para penyuka sosial media) kerap pula dicemooh. Misalnya melalui ungkapan, "Ah, Friendster kuno. Ketinggalan jaman tuh!", atau yang semisal. Nyaris tidak ada apresiasi untuknya kecuali dari sedikit orang saja yang masih memiliki rasa empati.

Friendster mengalami kolap popularitas sampai akhirnya dibeli oleh perusahaan Malaysia. Sekarang pemilik baru Friendster mencoba bangkit kembali. Tetapi dengan sesuatu yang berbeda. Namun tetap saja, masih belum dapat mengembalikan kejayaannya.

Kini, Friendster bertransformasi dari jejaring sosial menjadi social gaming. Berbasis di Malaysia, Friendster ingin kembali menjajal peruntungannya dengan menjadi situs jejaring sosial game online. Taglinenya pun berubah menjadi 'Living The Game' dengan tetap mengandalkan logo smiley.

Tercatat ratusan game tersedia gratis di Friendster. Sekitar 40 game memang mewajibkan berbayar untuk penggunanya. Sebuah perubahan yang diharapkan dapat mengembalikan masa keemasan Friendster seperti awal tahun 2000-an.

Anda tertarik untuk memainkan game-game di sana? Sambil mengenang yang pernah berjaya sebelum Facebook dalam bentuknya yang sudah sangat berbeda.

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Mengenang Yang Pernah Berjaya Sebelum Facebook, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.