Selasa, 12 Januari 2016

Raga Bisa Dijajah Tapi Isi Hati Tidak

   
Pada dasarnya manusia adalah makhuk yang bisa mengatur sekaligus diatur. Tetapi karena ada kehendak Allah yang memberi kebebasan pada manusia dalam koridor tertentu, maka hal mendasar tadi menjadi bersayap dalam pernyataan : Pada dasarnya manusia bisa mengatur dan diatur kepada/oleh sesamanya, tetapi tidak secara mutlak.

Ketika seseorang dijajah oleh orang lainnya maka minimal ada satu bagian dari dirinya yang tidak bisa dijajah. Bagian tersebut adalah : isi hati.

Maka hanya orang-orang yang diberi kemampuan luarbiasalah yang mampu merebut hati. Dan tentu saja tidak menggunakan metode penjajahan.

Bila ada sedikit orang yang mengatakan bahwa Islam disebarkan di Nusantara melalui jalan kekerasan, maka aku ingin "nonggengan" kepada mereka.

Kalau memang disebarkan dengan jalan kekerasan, maka nasibnya akan sama dengan Belanda. Sekian lama menjajah Nusantara tapi tidak mampu meng-kristen-kan hingga mayoritas.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada segmen tertentu dari umat Islam yang berhaluan keras, tetapi itu tidak mewakili seluruh tabiát kaum muslimin. Artinya tidak bisa dipukul rata.

Dengan jantan seorang pendekar Quraysi bernama Abu Sufyan berkata pada Hindun, istrinya : Muhammad telah berhasil merebut hati kita, bukan raga kita. Mari kita menyambutnya dengan sukacita!

Karena nabi Muhammad ini sangat luar biasa, maka ada pula segelintir orang yang mengaku-aku bahwa beliau ini keturunan Nusantara. Sebagai klaim pengganti karena yang segelintir orang ini anti Arab.

Maka demikianlah, Raga Bisa Dijajah Tapi Isi Hati Tidak.

* Eh ngomong-ngomong kalian tahu tidak arti dari kata nonggengan?

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Raga Bisa Dijajah Tapi Isi Hati Tidak, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.