Kamis, 23 Juli 2020

Petani Jamur Sukses Binaan PKBL PT. Krakatau Steel

   
Petani Jamur Sukses Binaan PKBL PT. Krakatau Steel - Iding Suhendi (66 tahun) adalah pensiunan TNI Angkatan Darat. Ia telah membudidayakan tanaman jamur sejak 2000-an dan kosisten dalam pengembangannya sejak masih aktif sebagai anggota TNI.

Ratusan "baglog", sebutan untuk media pembibitan dan penanaman jamur, berjajar rapi di halaman sampai ke sudut-sudut ruangan rumahnya. Di sanalah tercipta berbagai jenis bibit jamur, seperti jamur kuping, jamur tiram, jamur kancing, sampai jamur ling-zhi yang bernilai jual tinggi.

Untuk 1 Kg jamur ling-zhi, bisa dijual seharga Rp1 juta, dan pangsa pasarnya pun cukup luas hingga ke Cina dan Korea. Di daratan Cina dan Asia Timur, jamur ini dipercaya dan telah dibuktikan secara eksperimen. Khasiatnya untuk kesehatan dan penyembuhan berbagai penyakit. Bahkan dalam pengobatan tradisional Cina, jamur ling-zhi telah digunakan sejak 4.000 tahun lalu. Kejelian Iding melihat pangsa pasar dan kemampuannya menghasilkan bibit dan tanaman jenis unggul inilah yang membuat produknya dapat diterima. Bahkan sampai ke negeri asalnya jamur ling-zhi, yaitu Cina.

Berbagai produk olahan jamur hasil inovasi Iding dan kelompok taninya sudah meningkatkan nilai jual tanaman jamur. Saat ini, rumah produksinya telah membuat berbagai hasil olahan jamur, seperti tepung jamur, abon jamur, empal jamur, kebab jamur, crispy jamur, bakso jamur, dodol jamur, sate jamur, bolu jamur, dan lain-lain.

Masa Perintisan

Meskipun telah memiliki pekerjaan tetap sebagai anggota TNI, darah tani Iding mendorongnya untuk akrab dengan media tanam, dan pilihannya jatuh pada pertanian jamur. Pekerjaan "sambilan" tersebut dilakukannya secara intens sejak berusia sekitar 46 tahun. Pengembangan budidaya tanaman jamur dipelajarinya secara empiris dan eksperimen.

Semua bermula dari rumahnya, tempat dimana Iding menyisihkan waktu untuk menekuni budidaya jamur, secara empiris dan eksperimental. Kemudian berbekal sebagai peserta Pelatihan Budidaya Jamur Tiram yang diadakan Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2005, Iding membentuk Kelompok Petani Jamur "Vina Sari" pada 2007. Nama yang diambil dari salah seorang anak perempuannya.

Pengetahuan yang didapat dari pelatihan tersebut terus dikembangkan dan diimplementasikan. Dengan demikian produksi bibit jamur kelompok taninya diakui menghasilkan jamur berkelas atau berkategori unggulan. Bahkan tersertifikasi di IPB dengan mendapat predikat terbaik ke-III nasional dalam Kualitas Bibit Jamur Tiram Tingkat Nasional.

Sosok yang sederhana tapi penuh semangat ini diangkat oleh Pemerintah Provinsi Banten sebagai Ketua Asosiasi Petani Jamur se-Provinsi Banten. Ia selalu mendorong warga Desa Ciinjuk, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang, Banten, agar bisa berkembang, maju, dan makmur bersama.

Masa Pengembangan

Sekitar 250 kelompok petani jamur hasil binaannya tersebar di wilayah Kabupaten Pandeglang dan kabupaten-kabupaten lainnya di Banten. Ia juga menginisasi berdirinya BUMDesa di Desa Ciinjuk.

Konsistensi, itulah yang selalu Iding tekankan. Jatuh bangun dan mengalami berbagai hambatan adalah sumber kekuatan dan motivasi untuk berkembang lebih baik. Sekitar 19 tahun Iding mendalami budidaya tanaman jamur dan kini telah membuahkan hasil.

Berbagai hasil olahan jamur kelompok tani Vina Sari pun sudah terdistribusikan ke berbagai daerah di Nusantara, seperti Bali, Yogyakarta, Bogor, Palembang, Medan, dan daerah lainnya. Bahkan sampai ke Korea dan Cina.

Iding tidak pernah segan-segan menularkan ilmunya kepada siapa saja yang tertarik untuk berbudidaya jamur. Sudah beberapa kali ia melaksanakan pelatihan gratis secara swadaya maupun bekerja sama dengan instansi pemerintah dan swasta. Bahkan, ia pun mendapat bantuan peralatan awal dan bibit untuk memulai usaha budidaya jamur.

Tidak sampai disitu saja, Iding pun bersedia menampung hasil panen jamur petani sekitarnya, seberapa pun banyaknya. Karena Iding, mempunyai jalur distribusi dan permintaan yang besar dari jaringan distribusinya. Baik dalam bentuk jamur segar, maupun produksi olahan.

Iding pun sering diminta menjadi narasumber dalam berbagai forum pelatihan atau workshop mengenai budidaya tanaman jamur, baik di lingkungan Provinsi Banten maupun daerahdaerah lain di Indonesia. Bahkan, karena kewalahan dan keterbatasan waktu, terpaksa tidak semua undangan sebagai narasumber bisa dilayani.

Dalam masa pengembangan usaha, anak-anak Iding terlibat yaitu Ade Suhendar dan Vina Sari.

Mengenal PKBL Krakatau Steel

Iding mengakui bahwa budidaya jamur yang dilakukannya belum maksimal, karena masalah klasik, yaitu keterbatasan modal. "Saya berharap, mendapatkan dukungan dan bantuan dari instansi-instansi pemerintah maupun swasta. Sehingga bisa meningkatkan kualitas maupun kuantitas," katanya.

Di saat sedang membutuhkan tambahan modal itulah Iding memperoleh informasi tentang adanya PKBL KS. Selanjutnya Iding mengajukan diri sebagai mitra binaan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Petani Jamur Sukses Binaan PKBL PT. Krakatau Steel , semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.